Foto: Stiker kampanye Iron-Edwin kepada petani tembakau


‎Lombok Timur (FaktaOne) - Era kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Lombok Timur, Haerul Warisin dan Edwin Hadiwijaya, nyatanya belum berjalan 1 tahun.

‎Meski demikian, era dengan jargon SMART itu dianggap gagal. Khususnya dalam bidang pertanian.

‎Padahal sejatinya, Iron-Edwin yang diusung mayoritas Partai Politik (Parpol) itu, kerap menjual kesejahteraan petani dalam kampanyenya.

‎Hal tersebut dilontarkan sejumlah petani di Lombok Timur saat ditemui media FaktaOne di lingkungan Dinas Pertanian.

‎Bukan tanpa alasan, sejumlah petani tersebut menganggap Bupati dan Wakil Bupati saat ini malah mempersulit petani. Khususnya dalam mendapatkan BBM untuk alat pertanian.

‎"Sekarang kalau mau dapat BBM di Pertamina kami harus punya barcode yang dikeluarkan oleh Dinas Pertanian. Itupun berlaku hanya 3 bulan saja," ungkap salah seorang petani asal Rarang, Lalu Joni Rusdi.

‎Terlebih saat ini sambungnya, ia bersama sebagian besar petani di Rarang sudah memasuki masa panen.

‎"Sekarang semakin sulit. Untuk sekedar dapat  BBM saja sulit. Ini kan dampaknya nanti pada kami juga. Kami bisa jadi gagal panen," imbuhnya.

‎Secara tegas, Rusdi yang mengaku bagian dari pendukung Iron-Edwin itu merasa sangat kecewa.

‎"Kami tidak diberikan arahan yang jelas. Karena untuk dapat kode itu harusnya Pertanian yang keluarkan. Tapi ketika kami ke Dinas Pertanian, malah kami dilempar ke Dinas Koperasi dan UMKM," ucapnya.

‎"Kami sudah jalankan semua petunjuk mereka, tapi ya tetap tidak ada kejelasan," sesalnya.

‎Senada dengan Rusdi, petani asal Masbagik yang enggan disebut namanya turut merasa kecewa. Dirinya bersama petani lain mengaku semakin dipersulit.

‎"Kami bingung, kenapa sekarang semakin dipersulit. Padahal dulu pas kampanye berjanji petani akan sejahtera," unkapnya.

Plt Kadis Pertanian tak Sejalan dengan Bawahan

‎Kepada FaktaOne, Plt Kepala Dinas Pertanian, Lalu Fathul Kasturi, mengatakan, Dinas Pertanian mengelurkan rekomendasi barcode itu khusus bagi petani yang menggunakan Alsin.

‎"Aplikasinya sudah aktif tidak ada yang dipersulit. Tapi itu untuk petani yang gunakan Alsin," terangnya.

‎Untuk itu kata dia, bagi petani yang melakukan permohona barcode, harus disertai dengan poto alat.

‎"Bagian dari verifikasi itu harus dengan membawa poto alat. Jadi kami harus selektif, karena barang ini tidak untuk dijual," tegasnya.

‎Padahal sebelumnya, sejumlah staf Dinas Pertanian yang berada pada bidang tersebut mengatakan tak berani mengeluarkan barcode. Mereka beralasan harus ada persetujuan pimpinan.

‎Tak sampai disitu, staf Dinas Pertanian tersebut juga malah mengarahkan para petani untuk meminta rekomendasi kepada Dinas Koperasi dan UMKM.

‎"Kalau pertalite bukan kami. Silahkan minta ke Dinas Koperasi," ucapnya.